Click – Ting!
One new message.
Tik- tik- tik
Click – Ting!
Aku makin familiar dengan bunyi itu.
Tiga jam lamanya aku duduk di tempat ini. Mataku menatap layar putih dengan ratusan kata yang teruntai. Walaupun ragaku disini, jiwaku terbang mengitari dunia, menumpang kabel-kabel yang memberikan jaringan tak terbatas. Membelah benua, menyalami samudra. Ya, panggil aku gadis penjelajah.
Caraku berkelana sangatlah mudah. Berbekal uang saku dari ibu, dan sedikit “puasa” ketika jam istirahat sekolah tiba, aku bisa tiga jam full berinteraksi dengan teman-teman dari seluruh dunia di bilik ini.
Co_17_gntng : ada pic?
Tanya salah satu teman mayaku. Akupun dengan cekatan membalas pesan itu dengan meng-klik tombol-tombol yang sudah ku hapal untuk mengirimkannya fotoku. Sending…
Co_17_gntng : km cntik bgd deh. Ud pny co?
Ting! Ting! Ting!
Dan pesan serupa pun bermuculan dengan isi yang sama oleh orang-orang yang tadi kukirimi fotoku. Aku pun tersipu membaca ungkapan orang-orang tentang fotoku. Sebenarnya wajahku nggak cantik-cantik amat. Tapi aku tahu bagaimana cara mengambil foto diri dengan angle yang tepat. Setidaknya aku sadar satu hal: untuk laris di “pasaran chatting”, aku harus sedikit berubah. Makanya aku rela berfoto dengan melepas kacamata minus lima yang selalu kupakai, pinjam catok-an rambut ke tetangga sebelah, hingga “merampok” peralatan makeup Ibu.
Ah, tak lupa, aku pun selalu berfoto menggunakan baju-baju pinjaman yang selalu tersedia di rumah. Ya,orangtuaku pemilik bisnis laundry. Jadi aku bisa bebas berfoto dengan baju-baju pelanggan laundryku yang bermerk dan modelnya sexy. Tak jarang akupun menggunakan pose-pose yang “sedikit nakal”. Ehm. Ini menurut pengalamanku ya, laki-laki yang aku kirimi foto seperti itu biasanya lebih sering memujiku, dan aku menikmatinya. Pokoknya, di dunia maya, aku bukanlah aku di kehidupan nyata. Aku bukan cewek 15 tahun yang cupu.
Sedang asyik-asyiknya chatting, tiba-tiba handphone-ku bergetar. Selain 10 pesan dari nomor yang tidak dikenal, (aku yakin pasti dari teman-teman mayaku) ada satu pesan masuk dari Ibu yang menanyakan keberadaanku. Ternyata sudah jam enam sore. Bergegas, aku pun menutup percakapan, dan meninggalkan warnet.
***
“Kutu buku jelek!” bahuku di senggol dari belakang. Kakiku gagal menahan keseimbangan hingga badanku sedikit terjengkang. “Kalau jalan lihat-lihat dong! Nggak nyadar badan apa! Minggir! Kita mau lewat!”
Aku menatap asal suara itu. Lagi, entah untuk ke sekian kalinya, kelompok populer sekolah ini yang didominasi oleh penyumbang uang gedung terbesar, “menyapaku.” Mereka berempat lalu langsung pergi meninggalkanku yang masih berdiri kaku di sudut kantin. Puluhan pasang mata yang tadi sibuk memelototi kami, kini berbalik ke kesibukannya masing-masing.
***
Sore ini begitu panas. Walau jam sudah menunjukan pukul tiga sore, tapi sinar matahari tampak tetap tidak mau mengalah. Aku memasuki bilik warnet dengan perasaan panas. Bukan karena terbakar sinar atahari, tapi karena mengingat kejadian tadi.
Handphone-ku kembali bergetar ketika aku baru masuk bilik warnet. Salah satu teman mayaku mengirimi pesan. Ia menanyakan keberadaanku, yang seharusnya sudah chatting sejak tigapuluh menit yang lalu. Tidak hanya itu saja, ia menyelipkan kata “cantik” diakhir pesan. Raut wajahku perlahan berubah membaik. Dengan semangat aku mengoperasikan kotak ajaib di depanku ini.
Click-
ting!
Co_17_gntng : lama bgd..
Co_17_gntng : BUZZ!
Bun9a.moet : maaph2, br plg skul
Co_17_gntng : ooh.. kirain lupa sm akuwh
Bun9a.moet : y gx lah.. J
Co_17_gntng : mnt pic km lg dunk cntik..
Satu gambar diterima.
Co_17_gntng : kyk byasax… cntik..
Co_17_gntng : lg ap cntik? Ud mkn blm?
Aku makin bersemangat membalas chatting-an nya. Beberpa menit kemudian, banyak orang yang menyapaku, baik nickname yang kukenal maupun tidak. Mood-ku tiba-tiba membaik. Aku membuka sendiri pintu surgaku! Peningkatan popularitasku resmi dimulai!