NENEK MOYANG adalah tema kedua saya dalam proyek #31harimenulis. Saya penasaran dengan identitas nenek moyang saya. Lalu, saya bersama teman saya yang enggan disebut namanya, mulai berpetualang untuk mencari fakta-fakta tersembunyi tentang nenek moyang saya. Dimulailah petualangan saya bersama teman saya yang enggan disebut namanya ke Pulau Tubby. Kami lalu bertemu duo musikal THE CAMENERS, yang terdiri dari Monster Panu dan Siluman Doraemon. Mereka berdua disinyalir mengetahui identitas nenek moyang saya. Selama LIMA HARI KEDEPAN (terhitung 12/5) saya akan memposting mengenai obrolan-obrolan saya dengan THE CAMENERS. Untuk mengetahui lebih lanjut mengapa saya mencari nenek moyang saya, bisa dibaca DISINI. Selamat menikmati! Salam THE CAMENERS! 🙂
“Kami lalu membicarakan sosok yang dipanggil Dia. Refleksi diri dari apa yang tidak kamu punya untuk menyempurnakannya. Semuanya menyukai Dia. Juga salah satu dari mereka. Tapi semuanya kembali seperti apa yang dijanjikan penguasa semesta, bahwa selalu hanya ada satu pasangan dari yang bisa menikmati udara.
Dia memilih untuk menjadi satu bersama yang mengaguminya. Jiwanya dipersembahkan untuk betina yang menguapkan feromon lebih menyengat. Dia bahagia, tapi Dia selalu merasa ada yang salah. Selalu ada yang kosong walaupun ia cukup sadar harinya selalu terpenuhi sempurna. Dia lalu bertanya, apa yang dimaksud dengan sempurna?
Suatu hari Dia pergi. Kembali, tapi dalam waktu yang lama. Dalam perjalanan, Dia menemukan sesuatu yang mengisi kekosongan hatinya. Dia menyebutnya Sempurna. Awalnya ia ragu. Kekecewaan adalah musuh terbesar yang selalu diperanginya. Sekarang Dia justru mendekapnya erat. Untuk kini dan seterusnya. Dia mendekap kekecewaan untuk dibagikan pada si betina penguap feromon, demi satu hal yang mengisi kekosongan hatinya, si Sempurna.”
***
Entah siapa yang bercerita. Entah Siluman Doraemon atau Monster Panu. Tapi saya terlalu larut dalam cerita itu seperti gula dalam air panas. Saya melebur, seolah-olah mengerti bagaimana perasaan si betina penguap feromon. Saya membayangkan sakit dari kekecewaan yang dialaminya.
Saya menengok ke sebelah, teman saya yang enggan disebut namanya juga tampak terpana dengan kisah itu. Kami sama-sama mempunyai trauma dengan penghianatan.
“Lalu dimana nenek moyang saya dalam cerita itu?” tanyaku setelah mereka berdua selesai menyanyikan satu buah lagu pengiring.
Kini Siluman Doraemon yang angkat bicara. “Nenek mu termaksuk dalam kelompok yang juga menguapkan feromon, namun tidak masuk dalam pilihan Dia. Aku pikir, nenekmu merupakan salah satu perempuan beruntung. Lebih baik memiliki kehilangan di awal perjumpaan daripada mendapatkan hal semu yang mengecewakan di masa mendatang.“