#17 Chapter

Written by Diaz Bela

Seorang ibu milenial, ex-News TV Reporter, dan digital enthusiast. Saya menulis tentang hal-hal yang saya sukai: pengalaman, opini, traveling, kuliner, dan lain-lain.

31 Mei 2013

Source
Travng melangkahkan kakinya memasuki Mostach disambut gemerincing lonceng di depan pintu. Mostach. Kata itu terus terngingang-ngiang di kepalanya sejak pertama kali ia melihat papan nama itu seminggu yang lalu.
Sore itu Travng ingin menikmati senja, maka ia berjalan menusuri bentangan trotoar yang berada tak jauh dari tempatnya menginap. Di ujung trotoar, di pertigaan jalan, ada sebuah rumah makan kecil berlantai empat yang selalu penuh dengan turis. Selain ornamen jawa yang kental, Travng suka dengan ruang makan rooftop yang disediakan disana. Tempat yang indah untuk menikmati senja sambil meminum teh pahit panas. Masih setengah jalan menuju tempat makan itu, ia melihat sebuah bookstore dan coffee shop yang menarik perhatiannya. Motsach. Niatnya untuk mengunjungi Motsach selalu sirna lantaran dirinya takut. Motsach, sebuah kata yang juga terdapat dalam bahasa negaranya. Sedangkan dalam perjalanan ini, Travng sedang ingin melupakan apapun tentang dirinya, negaranya, identitasnya… 
Namun, sore ini sepertinya Travng menyerah. Ia rindu asal-usulnya.
[6…]

Baca cerita sebelumnya disini

Arsip

MEMBER OF:

logo komunitas blog
kumpulan emak blogger
Logo Komunitas BRT Network
Seedbacklink

Baca Juga Artikel Berikut:

#25 Dari Motsach 🙂

Siang tadi saya dikagetkan oleh kabar dari Inez, rekan kantor sekaligus adik tingkat saya di Komunikasi UGM. Katanya...

#24 Vietnam

Pak tua itu menyodorkan sebuah menu kearah Travng. Ia lalu mencatat sesuatu dan berjalan menuju dapur untuk membuat...

#23 Waiting

“Menunggu seseorang?” sapa sebuah suara membuyarkan lamunan Travng. Pak tua itu menatapnya. Sorot mata biru ramah yang...

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments