![]() |
Source |
Perubahan itu selalu datang dan semua orang harus siap. Haegen menurunkai gerendai besi tempatnya berjualan. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Toko harus sudah tutup namun semua rotinya masih belum habis terjual. Haegen memutar kunci gerendai besinya dua kali ke arah kanan dan mengangkatnya sedikit untuk memastikan bahwa toko kecilnya sudah terkunci. Ia lalu berjalan gontai menuju apartemen sewaannya. Tangan kanannya menjinjing sebungkus roti sisa untuk bekal sarapannya esok hari.
Sorot mata tegas yang dimiliki Haegen kini tak lagi tampak. Yang tercermin dibalik pantulan mata birunya adalah hasil dari kerja kerasnya selama beberapa bulan disini. Rasa berat selalu ia rasakan di beberapa minggu pertama. tapi sama seperti sungai yang melarutkan satu persatu kelopak bunga yang berguguran sebelum hilang dan hanyut ke muara yang lebih besar, perasaan lelah Haegen pun lama-lama sirna seiring dengan berjalannya waktu. Semoga ini langkah yang tepat, semoga semuanya berjalan lancar doanya selalu di setiap pagi.
[5…]
Baca cerita sebelumnya disini
Diaz, aku ngikutin ceritamu yang buat #31harimenulis lho… Tetep semangat nulisnya ya Yaz, soalnya aku juga semangat bacanya, hihi :3
waaa.. makasih Mashi 😀