2017: Sebuah Epilog

Written by Diaz Bela

Seorang ibu milenial, ex-News TV Reporter, dan digital enthusiast. Saya menulis tentang hal-hal yang saya sukai: pengalaman, opini, traveling, kuliner, dan lain-lain.

24 Februari 2018

2017 merupakan tahun yang menyenangkan. The lucky number 7, kata orang-orang bilang. Well, believe it or not, tapi tetap aja namanya hidup ada aja kejadian-kejadian asem yang nggak bisa dilupakan gitu aja, begitu juga di tahun 2017 kemarin.

Di tahun itu, saya merasakan perubahan yang benar-benar drastis, baik dari dalam diri saya sendiri, maupun semesta yang seolah berkonspirasi mewujudkan, memberikan, dan menyembunyikan puzzle-puzzle kehidupan. Kalau dirunut sekarang (Februari 2018), rasanya kok kayak amaze aja gitu kalau 2017 telah berlalu.

Lagi, saya pun mengingat-ingat lagi beberapa peristiwa menarik yang terjadi di tahun 2017. Merangkum peristiwa ini dan kembali melukiskannya membuat saya tak berhenti mengucap syukur pada Sang Pemberi Kehidupan, bagaimana skenarionya lah yang menuntun saya hingga detik ini, berada disini, menceritakan lagi semuanya dengan perasaan campur aduk! ☺

APRIL 2017: MUSLIM TRAVELERS

Kawai Photobox

Mungkin beberapa dari kalian ada yang familiar dengan acara yang tayang di setiap Bulan Ramadan ini. Ditayangkan setelah (atau menjelang) imsak, di stasiun televisi paling favorit sak Indonesia (apasi): Muslim Travelers.

Ini adalah salah satu program favorit saya sejak kemunculannya pertamakali di tahun 2013 silam. Saya lihat sendiri gimana struggle-nya produser dan reporter yang pernah jalan liputan program ini: syerem cuy. Tapi sampailah saat itu di akhir tahun 2016, setelah melewati banyak riset dan presentasi saya dinyatakan lulus dan positif berangkat untuk liputan Muslim Travelers tahun ini.

Kaget, perasaan campur aduk, dan lega rasanya ketika tahu kalau kantor memberikan saya kesempatan ini (padahal dalam hati: modyarooo koweee—wkwkwk). Apalagi pas dikasih tau kalau negara tujuan tim saya adalah Jepang. JEPANG MEN. J-E-P-A-N-G. Senang tiada tara!

Banyak emang yang tanya, apa nggak kecewa balik lagi ke Jepang? Kan udah pernah? Jawaban saya selalu satu: YA NGGAK LAH.

Nggak bakal pernah bosen saya datang ke Jepang, malah selalu pengen lagi lagi dan lagiii kayak coki-coki (apasi). Susah ngejelasinnya. Harus ke Jepang dulu, baru deh tanya: mau ke Jepang lagi? Pasti jawabannya mau.

Apalagi yang kali ini gratis karena dibayarin kantor (hehehe). Berbekal riset yang kece (sekali-kali sombong ya ges), saya dan tim akhirnya berangkat selama 2 minggu. Ini adalah DLN (Dinas Luar Negeri) pertama dan terlama saya sepanjang kerja di NET.

Tonton Muslim Travelers Jepang disini.

Selama 2 minggu itu, hampir setiap hari saya bagun jam 4 pagi, solat subuh (which is udah telat untuk ukuran waktu Jepang), mandi, siap-siap, dempulan, liputan, dan baru balik lagi ke hotel diatas jam 7 atau 8 malam.

Gitu terus selama 2 minggu. Hotelnya, jangan kira stay di tempat yang sama, paling lama tinggal di hotel yang sama cuma 3 hari, sisanya tiap malem harus packing lagi karena paginya harus pindah ke kota lain. Kebayang nggak capeknya gimana?

Tapi pengalaman yang saya dapatkan sungguh luar biasa! Alhamdulillah, saya bisa ketemu banyak teman baru yang membuka sudut pandang baru tentang menjadi seoarang Muslim di luar negeri.

Keseluruhan trip ini juga membuat saya jadi pribadi yang lebih banyak bersyukur: bersyukur telah diberi kesempatan dan berusaha untuk tidak menyia-nyiakannya. Karena kadang, individu itu takabur atas nikmat apa yang diberikan kepadanya, akibatnya jadi banyak ngeluh.

Liputan itu berat bray, but try to see the positive side cause you only have this opportunity once in a lifetime. Just a gently reminder! 😉

Full team lagi nunggu udon halal
Narsis dulu di Toyama
Shirakawa-go gak bersalju juga kece!

OKTOBER 2017: AGAT 

Setelah 11 tahun berkecimpung di dunia per-blogger-an, kok rasanya saya nggak punya apa-apa yang berfaedah dari sini (hahaha). Lha ndlalah, salah seorang teman saya mention via facebook dan menawarkan saya untuk ikutan trip Amazing Geopark Adventure Tourism (AGAT) ke Ciletuh, Sukabumi, selama 2 hari 1 malam yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Kota Bandung.

Alhamdulillah, saya terpilih sebagai salah satu perwakilan blogger asal Sukabumi dan ikut trip tersebut.

Banyak perjuangan dibalik semua cerita-cerita AGAT yang saya buat. Kalau soal perjalanan dan tripnya sih saya benar-benar enjoy dan sangat menikmati. Tapi yang bikin deg-deg ser adalah pembagian waktu antara kerja dan trip yang amat sangat mepet.

Sehari sebelum perjalanan saya harus ikut tes CPNS (hehe), dan sehari setelah trip ke Ciletuh, saya harus berangkat liputan ke Aceh! Excited, tired, and riweh at the same time. Sebelum keberangkatan ke starting point (di Bandung) ada drama lagi karena semua travel penuh!

Walaupun kekejar untuk kumpul jam 00.00 WIB di Dinas Pariwisata Bandung, tapi peserta lain sudah datang komplit sebelum jam 22.00. Sementara saya baru datang jam 23.00 (setelah kebagian travel jam 18.30).

Baca juga: Enchanted by Amazing Geopark Adventure Tourism: Another Face of Beautiful Sukabumi.

Baca juga: Kelezatan Durian Cikakak dan Pesona Tugu Cengkuk Sukabumi.

Tapi dibalik itu semua, Alhamdulillah, saya banyak ketemu teman-teman baru yang benar-benar membuka pandangan saya tentang pariwisata.

Walau hati kecil saya masih ada rasa pesimis terhadap pariwisata Sukabumi (nggak usah dibahas ya, nanti panjang lagi), tapi rasanya senang aja gitu ketemu teman-teman dari seluruh Indonesia yang punya semangat sama dalm per-blogger-an dan menjelajah ke tempat-tempat baru.

Di akhir trip, peserta wajib memberikan tulisan berbahasa Inggris tentang semua perjalanan. Kami juga diberikan kesempatan untuk mengikuti lomba fotografi. Alhamdulillah, saya berhasil mendapat juara satu untuk tulisan ini dan juara dua untuk kategori fotografi.

Tapi sayang, ketika diminta hadir untuk penyerahan hadiah di Dinas Pariwisata Bandung, saya berhalangan hadir karena badan ini drop se drop-drop nya. Sedih sih, but still looking for the positive side: akhirnya postingan blog saya ini ada faedahnya juga! Wkwkwk :p

Menikmati jamuan Abah di Kasepuhan Sinar Resmi
Berubah jadi gadis desa. wkwk

NOVEMBER 2017: RESIGN 

Tepat di usia 4 tahun sebagai jurnalis, saya memutuskan untuk resign. Bukan sebuah keputusan yang mudah, tapi sebuah keputusan yang memang harus diambil. Sempat galau tapi sepertinya memang ini sudah saatnya.

Banyak yang tanya, emang pindah kemana? Jadi gini lho, layaknya insan yang galau mau resign, saya juga pasti daftar lagi ke beberapa perusahaan lain (non media) tapi gimana dong kalau belum dipanggil-panggil? Hahaha, semesta memang unik.

Baca juga: Persimpangan-persimpangan Jalan yang menyenangkan

Baca juga: Kerja di Televisi? – Ekspansi

Tapi tekad saya untuk resign sudah bulat, alhasil setelah resign saya jadi pengangguran dulu sebentar sambil pasrah sama keputusan HRD kantor-kanktor tempat saya melamar kerja.

Saya menghabiskan waktu di tempat suami, setiap hari makan-nonton-tidur-bangun-makan-ngeblog-edit video-nonton-makan-tidur gitu terus sampe bahagia (wkwkwk). Sampai pada akhirnya saya FIX dipanggil sama salah satu perusahaan digital, dinyatakan lulus tes dan dipersilakan bekerja dalam waktu dekat.

Sempat galau lagi karena harus jauh lagi dari suami. Tapi eh tapi, namanya rezeki, suami sudah diberikan lampu hijau untuk (beneran) pindah di awal 2018. Ya sud, tawaran pekerjaan itu pun saya ambil.

Tapi tetep, long carrier goals saya: makan-nonton-tidur-bangun-makan-ngeblog-edit video-nonton-makan-tidur 😀

Bibikers
IMS! Jadi kangen~ :’)

DESEMBER 2017: HAMIL 

 

Salah satu pertanyaan yang saya ajukan di setiap wawancara kerja adalah: “Boleh hamil?” Pertanyaan simpel yang jawabannya beragam: ada HRD yang jawab “Selo bae, boleh lah”, ada juga yang jawab ketus sampe bikin sakit hati melebihi sakit hati saat picingan di tolak + digantungin fixer sampe liputan zonk, dan sampe jawaban paling sae: “Boleh asal ada suaminya.” (YA MENURUT LO AJA? :’) )

Dan Alhamdulilah perusahaan tempat saya kerja sekarang tidak memilik masalah dengan “pekerja perempuan yang hamil” (I really want to talk about this so bad, but not today).

Alhamdulillah di awal bulan Desember setelah ngakak karena baca strip testpack dua garis, saya positif hamil. Dari dulu nggak pernah nunda punya anak sih, tapi saya dan suami kan LDR, jadi ya mikir positifnya aja (ena-ena nya jarang, wkwkw).

Kadang geli juga gitu sama keluarga/teman/kenalan yang langsung nyosor nge-judge pasangan LDR gini-gitu jadi nanti anaknya gini-gitu, ya Allah gemaznya, pengen sa pencetin komedonya sampe berdarah (ngeriks).

So here I am, 4 months pregnant and still amaze by how 2017 brings me to this step. Entah apalagi kejutan yang akan ada di 2018 nanti, we’ll see. Rencana Allah itu selalu tidak terduga ☺

And so far, kesibukan saya sekarang cuma kerja, nulis blog, dan benyak belajar tentang bayi dan how to be a mom. Karena mengutip kata Kylie Jenner (ya Allah Diaz kek gak ada orang lain aja ngutipnya kata-kata Kylie):

I knew for myself I needed to prepare for this role of a lifetime in the most positive, stress free, and healthy way I knew how.

Well, adios 2017!

Arsip

MEMBER OF:

logo komunitas blog
kumpulan emak blogger
Logo Komunitas BRT Network
Seedbacklink

Baca Juga Artikel Berikut:

Tentang Memulai Kembali

Tentang Memulai Kembali

Entah kenapa saya selalu bermusuhan dengan bulan November. Bukan kepada apa yang terjadi didalamnya, tapi pada gejolak...

Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Amirotul Choiriah
Amirotul Choiriah
6 years ago

ikut seneng dengan apa yang terjadi di kehidupan mba, selamat juga atas kehamilannya! 😀

Diaz Bela
Diaz Bela
6 years ago

Alhamdulillah.. Terima kasih!! 🙂