Kenangan adalah pedih yang menjelma jadi bom waktu dan bersemayam dalam hati. Hanya diperlukan satu penyulut yang bisa membuatnya meledak, membanjiri hati dengan memori yang membuatmu kembali menguras airmata.
Sejak kali pertama kali Sella mengetahui fakta bahwa Armand meninggalkannya, Sella gusar dan terlalu berlarut dalam kesedihannya untuk waktu yang cukup lama. Berkemas adalah hal pertama yang dilakukannya. Ia meninggalkan rumah mereka dan menyewa sebuah apartemen kecil di pusat kota yang terletak lebih dekat dengan kantornya. Butuh beberapa waktu, beberapa bulan tepatnya, untuk benar-benar hilang kontak dari lelaki itu. Toh akhirnya ia bisa. Menggunakan semua waktu dan usahanya untuk memulai kembali hidupnya dari titik nol yang baru.
Sella memakirkan mobilnya, masih pukul empat kurang lima belas sore. Ia terlalu bersemangat sore ini. Yang benar-benar ia butuhkan untuk melewati situasi ini adalah dengan mengobrol. Lelaki bermata hazelnut itu sedikit mencuri perhatiannya. Jiwanya yang bebas membuat Sella sedikit iri, sebenarnya. Namun yang membuatnya bersemangat sore ini adalah cerita-cerita yang akan mengalir dari bibir lelaki itu seperti apa yang ia janjikan tadi malam melalui pesan singkat yang dikirimkannya.
Bergegas, Sella memasuki Motsach dan langsung menuju lantai dua. Tak perlu lama mencari, ia lalu menemukan sosok itu. Masih duduk di bangku yang sama, dengan gaya yang sama.
“Hai Travng.”
[9…]
Baca cerita sebelumnya disini