24

oleh | Mar 2, 2015 | anniversary, Life | 1 Komentar

Yogyakarta selau magis. Terlepas dari pro kontra penyebutan Jogja, Yogya, maupun Yogyakarta. Tiap sudut di kota ini memiliki banyak kenangan bagi saya. Sebutlah satu sisi di Jogja, dan saya bisa memberikan cerita manis tentangnya. Karena itu saya harus kembali ke Jogja, untuk mengumpulkan lagi momen-istimewa.
Empat hari di Jogja, ternyata sudut kota ini tetap tak berubah. Merangkum perjalanan dengan tawa dan cerita disetiap putaran roda motor pinjaman, menikmati matahari terbenam di selatan alun-alun, dan sepiring mie godog favorit yang disajikan satu porsi dengan celotehan celotehannya.
Dia. Iya, dia. Yang jarang saya temui.
Dengannya, saya berbagi (lagi) kisah kisah yang sama-sama tidak kami ketahui. Saya dengan sekelumit cerita suram Jakarta, dan dia dengan bergam harapan tentang masa depannya di negeri antah berantah. Padanya, kadang saya menanamkan bibit-bibit mimpi untuk ditumbuhkan bersama. Dan pada saya, kadang dia melabuhkan impian untuk sama-sama diwujudkan.
Sepiring mie godog yang tak kunjung dingin membuat pembicaraan di malam itu makin lama. Asap beraroma sedap mengepul, mengantarkan obrolan kami pada sajian kuliner tanah Jogja yang belum sempat kami singgahi. Empat hari berjalan bagai kilat.
***
Ketika usia hanyalah sebuah angka, kenapa ia selalu ada sebagai syarat sesuatu hal? Bukankah lebih elok jika dipandang sebagai sebuah refleksi diri, waktu perjalanan, pengungkapan, dan penelusuran makna-makna hidup?
Seperti di Jogja. Bukan tentang berapa lama saya tinggal di kota ini, tapi tentang seberapa banyak kota ini mengajari saya arti hidup dan kebersamaan. Sahabat dan keluarga. Kuliner dan tradisi. Kedatangan dan kehilangan..
Dan sekali lagi, di Jogja, saya menasbihkan diri pada usia yang baru. Ditemani rintik hujan yang baru di subuh pagi, dalam petrichor yang tercium samar tanggal delapan pagi hari, saya berbisik pelan: Dunia, saya siap menjadi 24.

Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Purnama
Purnama
9 years ago

Jogja selalu ngangeni ya. Meski sekarang lalu lintasnya makin semrawut.

HI THERE!

DIaz Bela Blog

Diaz Bela Yustisia

Generasi 91, seorang ibu, dan ex-News TV Reporter yang sekarang sedang meniti “karir” di dunia digital.
Saya menulis tentang hal-hal yang saya sukai: pengalaman, opini, traveling, kuliner, dan lain-lain!
Talk to me about anything! 🙂

Arsip

MEMBER OF:

logo komunitas blog
logo komunitas blog
Logo Komunitas BRT Network