KEMATIAN — adalah tema ketiga saya dalam proyek #31harimenulis
source |
Waktu kecil, saya sering banget mengalami mimpi buruk. Bukan mimpi buruk kayak dikejar-kejar setan atau ketindihan gitu, tapi mimpi yang benar-benar buruk.
Saya nggak tahu kenapa saya sering banget mimpi buruk. Padahal sebelum tidur saya selalu baca doa bareng mama dan bapak (waktu itu adit belum lahir). Mimpi buruk itu juga masih saya ingat jelas sampai sekarang, entah kenapa saya bisa inget selama ini.
Jadi, cerita dari mimpi itu adalah, saya seperti di lempar ke suatu tempat. Tempatnya berbeda-beda, tapi yang paling saya inget adalah di kerumunan pasar dan di sebuah lapangan luas di depan gedung yang sudah tua usianya. Yang bikin aneh, di dalam mimpi itu saya sadar kalau saya sedang bermimpi. Saya ketakutan melihat setting mimpi saya sendiri. Saya pun berusaha untuk membangunkan diri. Mulai dari lari kesana-kemari, hingga mencubit diri saya sendiri dalam mimpi itu (yang ternyata saya nggak merasakan sakit walaupun sudah dicubit). Kalau beruntung, saya bisa langsung bangun dan sadar. Tapi kalau nggak, saya ngerasa kayak tersesat. Rasanya kayak mau mati. Serem banget.
Saya lalu terbangun, biasanya karena kecapekan sehabis lari-lari. Saya bangun dan keringat dingin meluncur dari pelipis saya. Hal pertama yang saya lakukan ketika bangun dari mimpi buruk itu adalah membangunkan mama. Saya lalu bilang pada beliau, “Ma, jangan tidur! Kalau teteh tidur mama jangan tidur. Kalau teteh nggak tidur baru mama tidur.”
Ya, seperti itu.
Sekarang, belasan tahun kemudian, saya sudah tidak pernah mengalami mimpi seperti itu lagi (jangan sampe deh -_-). Tapi ada satu hal yang selalu mengingatkan saya pada mimpi-mimpi itu: sebuah lagu. Ya, lagu dengan instrumen tertentu yang membuat saya merinding dan ketakutan. Saya menyebut lagu-lagu itu dengan sebutan Lagu Mimpi. Beberapa diantaranya adalah lagu-lagunya Frau dan Efek Rumah Kaca (ERK). Sorry to say buat para fansnya Frau dan ERK, tapi saya selalu merinding duluan ketika mendengar lagu-lagu mereka. Ya, karya musik mereka memang hebat dan jenius tapi saya udah horor duluan.
Pertamakali saya mendengarkan lagu Frau dengan instrumen-instrumen mistisnya (saya lupa judulnya, tapi bukan yang Mesin Penenun Hujan kok), saya langsung merinding disko dan memutuskan untuk menghapus lagu-lagu frau dari leptop saya. Takut mamen! Tapi nasib membawa saya pada pertemuan lain dengan lagu Frau. Waktu itu saya dan teman-teman sedang siaran untuk mata kuliah Programa Siaran Radio, tiba-tiba Diani nyetel lagu Frau yang itu. Saya cuma bisa nelen ludah. Memori tentang mimpi-mimpi itu datang lagi.
Di lain hari ketika saya masih di angkatan satu BPPM Balairung, saya sedang menulis berita bersama teman dan editor saya. Tiba-tiba si teman memutar lagu dari leptopnya. Lagu ERK (nggak tau judulnya apa). Saya langsung merinding disko karena kembali teringat dengan mimpi-mimpi itu. Dengan galak saya meminta si teman untuk mematikan lagu itu. Tapi si teman yang ngepens banget sama ERK enggan mematuhi permintaan saya. Kondisi saat itu diperparah dengan si editor yang malah ikutan nyanyi lagu ERK. -__- saya lalu ngungsi ke ruang komputer Balairung, daripada nanti malam mimpi buruk.
Ah, nulis ini bikin atmosfer malam ini makin horor! T____T
Saya waktu kecil, yang pakai kaos hijau muda. Imut yak? :p |