KEMATIAN — adalah tema ketiga saya dalam proyek #31harimenulis
![]() |
Source |
Saya percaya akan kehidupan di luar angkasa sebesar saya percaya bahwa Circle Crop di Sleman kemarin adalah bukan buatan manusia. Entah kenapa akal saya terlalu cepat untuk percaya pada misteri antariksa. Padahal saya sama sekali tidak mempuanyai bukti ilmiah. Tapi saya percaya.
Seperti pertanyaan yang pernah saya lontarkan di beberapa postingan sebelumya, kemana orang-orang pergi dalam keabadian? Apakah jiwa mereka yang telah tiada bersembunyi dibawah laut? atau di gelapnya antariksa? Untuk hal ini, mari mengandai-andaikan mereka digiring ke antariksa.
Salah satu film yang pernah saya tonton mengatakan bahwa ketika seseorang meninggal, ia akan menjadi bintang baru. Maka tak heran ketika antariksa disesaki oleh jutaan, bahkan miliaran bintang baru. Ya, bintang. Salah satu benda langit yang memancarkan cahaya. Cahaya yang bintang dapat bukan berasal dari matahari, seperti yang bulan lakukan, tapi murni cahayanya sendiri. Jika seseorang yang telah berpulang benar menjadi bintang, tentu yang ditinggalkan akan merasa bahagia. Ia masih menghasilkan cahaya, memberikan penerangan dan ketenangan bagi yang melihatnya, bagi yang ditinggalkan.
Pertanyaan selanjutnya yang timbul adalah, dimana bintang dari jiwa yang telah berpulang bersemayam? Jadi saya berandai-andai lagi dan Planet Saturnus adalah poros imajinasi saya selanjutnya.
Kenapa Saturnus? Pertama, karena saya suka sekali dengan planet ini. Kedua, karena planet ini bisa dilihat dengan mata telanjang saat subuh. Ketiga, planet ini memiliki cincin. Ya, cincin. Cincin yang saya percayai sebagai tempat singgahnya mereka yang menuju keabadian. Satu bebatuan yang berotasi mengelilingi Saturnus menjadi satu tempat singgah jiwa yang pergi dalam keabadian sebelum bermetamorfosis menjadi bintang. Ingin rasanya titip salam untuk Saturnus.
Jiwa-jiwa itu melewati batasan planet dalam dan planet luar antara Mars dan Yupiter, bertemu dan bersenggolan dengan asteroid-asteroid yang mengapung di antaranya. Mereka lalu singgah di planet keemasan, Saturnus, untuk mendominasi satu cincin yang mengitari planet itu. Lalu mereka akan melanjutkan perjalanan setelah merasa cukup puas bersinggah. Entah melanjutkan kemana, karena kediaman Tuhan bersifat misteri pada jiwa yang menjadi abadi.
Mereka berjalan pergi jauh, menjadi makin tak terjamah.
Ingin rasanya titip salam untuk Saturnus.