Rindu ini harga mati.
Mataku menjelajah setiap sudut mencarimu yang biasanya tampak di tempat dan jam yang sama. Tapi tidak hari ini, mungkin? Entahlah. Melihatmu bagaikan candu. Bahkan hanya dengan melihatmu.
Tiga jam sudah aku menunggumu disini. Gelas-gelas jus pesananku sudah bosan dituang dengan isi yang baru. Perutku sudah protes bila kemasukan minuman lagi. Tapi aku masih butuh duduk disini untuk melihatmu.
Kamu dimana?
Tubuhku memberontak untuk pergi dari tempat ini. Kakiku mulai bergoyang tanda tidak sabar. Mataku mulai rinci memperhatikan detail isi ruangan, memangsa setiap objek yang kutelusuri demi mencari yang mirip dengan bayanganmu. Telinga ini kualihfungsikan menjadi radar yang familiar dengan suaramu yang lebih rendah dua oktaf itu… Tapi tetap aku belum bisa menemukanmu!
Aku terpaku.
Raga dan hatiku tidak biasa menerima perasaan ini. Melihatmu, sudah satu paket dengan rasa-rasa bahagia yang membuncah di udara, tapi tetap bisa dirasa. Melihatmu, sudah rutinitas harianku sejak aku resmi terjangkit virus merah jambu. Aku makin gundah. Lama, kufokuskan pikiranku dengan mengurai reaksi alam yang selalu tersaji beriringan dengan kehadiranmu.
Pertama, yang paling bisa mendapatkan sinyal keberadaanmu adalah hatiku. Hati, entah bagaimana Tuhan meraciknya, seperti tahu dimana keberadaanmu. Dia akan memercikan perasaan senang dan bahagia yang disampaikan dengan dentuman jantung yang meningkat. Lalu diikuti oleh mata yang tak lepas menatap sosokmu. Hal selanjutnya adalah tangan yang menghasilkan bintik-bintik kecil keringat, diikuti dengan sindrom βjatuhβ dimana aku kan menjatuhkan semua benda yang kupegang, membuat suasana gaduh. Labuhan reaksi alam ini berakhir di perut, dimana sepertinya cacing-cacaing berdemo untuk mengeluarkan apa yang telah kucerna.
Aku rindu semua perasaan itu. Terlebih, aku rindu melihatmu.
Yang kurasakan kini janggal. Aku hanya ingin melihatmu untuk membuat diriku sempurna hari ini. Tubuh, pikiran, hati, dan semua bagian diriku sudah familiar dengan sosokmu. Bahkan kamu memiliki fans sendiri dalam jiwaku. Semua menantikan kehadiranmu. Cepatlah datang.
Mataku kembali menyisir sekitar.
Kamu dimana?
Suka deh, tulisanmu yang ini. Suka gaya menulismu. Terus menulis yaaa π
terimakasiiih π