“Selama ini temenku itu ya tipe-tipenya nggak jauh dari kalian. Kayak gini terus dari SD sampai sekarang.”
(Vivin Lizetha, 2011)
Begitu kurang lebih yang dikatakan Ibim alias Vivin Lizetha, ketika kami sama-sama sedang menghias bunga di kosan Manda untuk dijual keesokan harinya. Saya merasa tertampar dengan perkataan Ibim. Ya, saya juga mengalami hal yang sama.
Menurut saya, manusia adalah mahluk individual sekaligus mahluk kelompok. Kompleks deh pokoknya. Di satu sisi, manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain (buat yang sedang jombloh, tenang, nggak usah galau. *loh? ;p) dan di satu sisi manusia juga butuh waktu untuk sendiri. Saya termaksuk orang yang senang dan sering menghabiskan waktu sendirian. Selain karena jomblo, Me-Time (istilah yang digunakan ketika kita menghabiskan waktu seorang diri), memang diperlukan. Kalian juga ngerasa gitu nggak sih? Ada waktu dimana kita ingin menikmati privasi hanya dengan diri sendiri. Menikmati waktu dengan jalan-jalan, berenang, makan, baca buku, pergi ke Amplas, shopping, bahkan diam dan mengunci diri di dalam kamar. Pokoknya sendirian.
Sedangkan hidup berkelompok, sangat jelas tercermin di kehidupan sehari-hari. Kita berinteraksi dengan orang lain, kita butuh bantuan orang lain, dan akui ini deh: kita hanya dekat dengan orang-orang yang membuat kita nyaman. Inilah yang pada akhirnya membentuk Peer Group.
A peer group is a social group consisting of humans. Peer groups are an informal primary group of people who share a similar or equal status and who are usually of roughly the same age, tended to travel around and interact within the social aggregate.
Source: Wikipedia
Sama kayak Ibim, saya juga ngerasa dari dulu banget kalau karakteristik teman saya selalu sama. Bukan dari grup yang populer, tajir, terkenal, maupun legendaris. Yup. di setiap jenjang pendidikan, saya selalu menemukan kriteria kelompok seperti tu, dan saya nggak pernah masuk di salah satunya. Jujur, saya nggak pernah berusaha masuk kedalam kelompok-kelompok mereka. Karena apa ya, kadang-kadang dari hal seperti obrolan saja rasanya udah nggak nyambung.
Pernah, suatu hari saya ngobrol dengan teman saya yang masuk dalam kelompok populer. Salah satu teman saya itu menyuguhkan guyonan dan seketika teman-temannya yang lain tertawa. Saya? Hanya bisa bengong. Apanya yang lucu sih? Hehehe :p
Maka dari itu, peer group saya selalu terbentuk dengan sendirinya. Alhamdulillah, saya dan teman-teman bukan tipe orang yang milih-milih teman, jadi semuanya berjalan mengalir. Maka dari itu, ketika teman saya nanya: “eh, eh, kita itu sebenernya deketnya kapan sih? Gara-gara apa?” nggak ada satupun dari kami yang bisa jawab. J
Eits, ini bukan tulisan tentang diskriminasi ya, tulisan ini hanya dibuat berdasarkan satu asumsi yang saya buat sendiri (sotoy) yaitu, seperti yang sudah saya jelaskan diatas: manusia hanya dekat dengan orang-orang yang membuatnya nyaman.
Sekian dan selamat petang!
Selamat malam mingguan bagi teman-teman yang merayakan! 😀