Katakanlah kau datang ke sebuah kota yang belum pernah kau kunjungi sebelumnya untuk menetap dalam jangka waktu yang lumayan lama. Lambat laun kau pasti akan menyesuaikan ritme hidupmu dengan kota itu. Berbaurlah, buka wawasanmu dari obrolan yang tercipta. Maka kau akan banyak belajar tentang perbedaan dan bergelut dengan idealisme-mu yang selama ini kau dirikan. Dari pergelutan sengit itu nanti kau akan belajar kompromi. Jangan lupa pancing hati nuranimu supaya bisa merasakan semua indera yang kaumiliki dengan memperhatian keadaan sekitar. Makan, dengar, raba, lihat, dan pahami apa-apa yang terjadi. Maka jam akan terasa bagai detik, dan dalam setiap waktu yang terbuang akan terbayar oleh senyum, tawa, canda, yang bersatu untuk tumbuh menjadi benih-benih perasaan asing. Perasaan yang sulit untuk kau pahami namun terasa menyenangkan. Tantang lagi dirimu untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru dengan tidak mengesampingkan skala prioritas yang kau buat.
Karena pada akhirnya waktu hanyalah harga dari sebuah momen yang tak bisa dibayar dengan apapun. Dan kau, bukan Cinderella yang pergi dibatasi waktu demi sebuah kereta labu.
![]() |
Source |
Untuk kamu, ini penjelasanku tentang keluar malam yang dulu kujelaskan dengan tergagap-gagap.