![]() |
source |
Entah apa lagi, entah bagaimana lagi.
Waktu berkonspirasi sempurna dengan kejadian kemarin hari yang seharusnya bisa diantisipasi.
Semua berkompetisi demi satu hari yang sengit. Menancapkan batas kemampuan pada rasa, dinding yang dibangun sebilah teori, dan bumbu basa-basi.
Dua pemikiran berkecamuk, dari arus logika yang tak kunjung mendapatkan muara pasti:
(1) Hulu pertama mengenai sesal dan rasa yang keras, beku, dan mengkristal dalam sudut hati. Akan ada keputusan yang harus diambil, akan ada orang yang tersakiti. Tidak ada yang tidak bisa menerima kecuali saya dan perasaan ini sendiri.
(2) Hulu kedua mengenai kecerobohan yang sudah dapat di prediksi. Berupaya segenap tenaga mengalihfungsikan semua indera, logika, dan waktu yang terbuang percuma ketika ditebus rasa sesal. Skak.
Pikiran saya adalah labirin, yang tercermin oleh pupil mata sendu pada beberapa orang yang bisa membaca.
Suara saya adalah kristal, yang bisa pecah gaduh, tidak nyaman, ngilu, sesuai bising garpu diadu sendok.
Mata saya adalah awan, terdiri dari gumpalan dua hulu yang tak kuat lagi saya bendung, tinggal menunggu waktu.
Kamu adalah kunci,
kita adalah misteri,
kami adalah sebuah tanda tanya.
Besar.