Day 2
Tokyo – Osaka
Kami bangun sekitar pukul setengah lima dari “tempat tidur” kami di lantai 1F. Lalu, kami menuju lantai 3F untuk menunaikan ibadah sholat Subuh di praying room. Mumpung ada, di pol-polin dulu fasilitas praying room-nya :3 Sekalian siap-siap juga karena hari ini akan belajar naik shinkansen dan keliling osaka alias ke Osaka Castle, hehe.
Canggihnya Beli Tiket
Setelah solat dan bersih-bersih, kami langsung menuju stasiun railway yang terletak di lantai 2F. Tujuan kami ke Stasiun Hamamtsucho, lalu ganti kereta, dan turun di Stasiun Tokyo. Jam masih menunjukan pukul setengah enam kurang, lima menit kami menunggu sebelum loket buka. Di stasiun Jepang semuanya cerba canggih. Nggak ada tuh namanya beli tiket kereta melalui kasir. Semuanya serba mesin!
Otomatis kami bertiga kewalahan. Walau tersedia dalam bahasa Inggris, tapi tetap saja kami kagok menggunakan alat penjual tiket otomatis itu. Akhirnya kami minta bantuan mbak-mbak penjaga :p. Tarifnya, ¥650 sampai Tokyo.
Tiket sudah ditangan, saatnya menuju Stasiun Hamamatsucho!
Kucel di Bandara Haneda |
Setelah transit di Stasiun Hamamatsucho, kami berganti kereta dan menuju Stasiun Tokyo. Perjalanan kami tempuh dengan waktu kurang lebih 5 menit dan melewati 3 pemberhentian.
Sempat sebentar keluar Stasiun Tokyo dan motret beberapa spot menarik |
Di luar Stasiun tokyo |
Udara Tokyo pagi itu dingin banget. Sampai 14 celcius! Dan, ternyata kita kepagian sampai Stasiun Tokyo karena kantor JR belum buka! Alhasil kami menunggu di depan kantor JR (sambil berdiri, gak ada tempat duduk!) sampai pukul 8. Pukul 8, saya dan Sammy masuk dan menukar kuitansi JR Pass dengan kartu JR Pass yang bisa digunakan. Disini, saya minta jadwal lengkap kereta-kereta shinkansen yang melayani perjalanan di Jepang dari ujung ke ujung.
Selain petugas yang ramah, ada banyak peta seperti ini yang memudahkan perjalanan |
Dwi nungguin kami yang sedang menukar tiket JR sambil jaga barang :p |
![]() |
JR Pass, reserved Tiket, dan alat tempur: kamera kesayangan! |
Naik Shinkansen Menuju Osaka!
Karena saya membeli JR Pass yang regular, maka saya tidak bisa menggunakan kereta Shinkansen super cepat seperti Nozomi dan N700. Pilihan Shinkansen yang bisa kami naiki sebatas Hikari dan Kodama. Selain kecepatan, perbedaannya, Shinkansen Nozomi hanya berhenti di stasiun-stasiun besar, Hikari berhenti di stasiun besar dan sedang, sementara Kodama berhenti di setiap stasiun.
Karena itulah perjalanan yang ditempuh dengan Shinkansen Kodama biasanya lebih lama dibandingkan dengan Hikari. Saran saya, perhatikan secara seksama jadwal yang tertera di buku jadwal Shinkansen JR Pass. Pokoknya, wajib hukumnya bagi traveler memiliki buku panduan ini! (Gratis, tinggal minta di loket JR)
Setelah menentukan akan menaiki shinkansen yang mana, saran saya selanjutanya adalah booking seat! Emang harus booking seat ya? Yep, saya saya sarankan untuk booking seat. Booking seat bisa dilakukan di tiap-tiap kantor JR. Keuntungannya? Nggak perlu deg-degan ngantri di pintu kereta berharap dapat tempat duduk! Kalau sudah booking, pasti dapat tiket dengan nomor tempat duduk.
Nah sayangnya, Shinkansen Hikari dengan jadwal keberangkatan pilihan kami sudah full booked. Nggak masalah sebenarnya, karena tiap kereta Shinkansen memiliki dua gerbong utama: gerbong reserved seat dan gerbong non-reserved. Akhirnya, kami memilih untuk mengantri di gerbong non-reserved. Antrinya nggak kacau kayak ngantri KRL di Jakarta. Semua serba rapi dan tertib. Akhirnya, saya, Dwi, dan Sammy dapat tempat duduk satu jejer tanpa reservasi 🙂
Miun udah masuk alam mimpi :3 |
Jujur, naik shinkansen bikin pusing! Karena kecepatannya yang melebih kecepatan kereta biasa, mata jadi capek ngikutin objek yang bergerak. Akhirnya saya hanya bisa foto-foto seadanya dan lanjut tertidur lelap.
Perjalanan dijadwalkan selama kurang lebih 3 jam menuju Stasiun Shin Osaka. Ya, banyak yang salah paham dan menyamakan stasiun Osaka dan stasiun Shin Osaka. Beda ya tuips. Yang dilewati shinkansen JR adalah stasiun Shin Osaka. Kalau mau ke Stasiun Osaka menggunakan Shinkansen, turunnya di stasiun Shin Osaka lalu ganti kereta menuju stasiun Osaka.
Pengalaman Pertama Menginap di Hostel
Hostel kami, J-Hoppers, terletak di dekat Stasiun Fukushima. Untuk menuju Stasiun Fukushima, dari Stasiun Shin Osaka kami naik kereta di jalur Tokaido-Sanyo Line menuju Osaka Station. Dari Osaka Station, ganti kereta dengan jalur Osaka Loop Line, dan berhenti di Fukushima Station. Nah dari Fukushima Station ini, letak hostel kami hanya 5 menit jalan kaki! 😀
Saya sangat merekomendasikan J-Hoppers karena tempatnya amat sangat bersih dan rapi. Begitu masuk, kita akan disambut dengan ruang berkumpul, resepsionis, dan dapur. Ruang berkumpul biasanya digunakan para traveler untuk bercengkrama dan pesta. Ya, ada hari-hari tertentu dimana staf dan traveler yang menginap disini berkumpul dan mengadakan pesta seperti minum bir, membuat takoyaki, dan masih banyak lainnya.
Dapur |
Rapi karena setelah pakai dapur, semua traveler WAJIB membersihkan kembali peralatan makan |
Ruang tamu dan resepsionis (di kanan) |
Sayangnya kami masih belum bisa check in karena kamar kami belum siap. Alhasil kami menaruh barang di locker room (ukurannya lumayan besar, gratis) sambil membaca beberapa brosur wisata yang tersedia disana. Karena sudah sore dan kami masih agak jet lag, akhirnya kami memutuskan untuk ke tempat wisata yang agak dekat: Osaka Castle.
Dipersilakan Sholat Oleh Staf Hostel
Sebelum berangkat, kami sholat Duhur dan Ashar terlebih dahulu. Saya sangat salut sama orang Jepang, terutama kru J-Hostel. Mereka mempersilakan kami menggunakan ruang bawah hostel (ruang tv, music, free computer & internet access) untuk sholat. Petugas hostel, Keiko-san menanyakan berapa waktu yang kami butuhkan untuk solat. Kami menjawab sekitar 15 menit. Waktu itu kami sedang ngobrol dengan turis asal Taiwan. Keiko-san pun memastikan agar turis Taiwan ini tidak turun dulu ke lantai bawah selama 15 menit agar tidak mengganggu ibadah kami. So sweet, kan? :”)
Masih Jet Lag di Osaka Castle
Setelah Sholat, kami melanjutkan perjalanan ke Osaka Castle. Dari hostel kami kembali jalan ke stasiun Fukushima lalu naik kereta di jalur Osaka Loop Line. Turun di Osakajokoen Station dan voila, sampailah kami di Osaka Castle! 😀
Nemu spot unyu dekat hotel langsung foto |
Rencana pulang dari Osaka Castle mau mampir ke cafe ini, tapi hanya wacana :)) |
Osaka Castle! Lihat langitnya? yep, mataharinya TERIK BANGET |
Sooo beautiful |
![]() |
Baterai kamera mendadak habis, jadi lanjut foto-foto pakai kamera hape (baca: gagal bikin CJ lagi! :'( ) |
![]() |
Happy walau belum mandi 2 hari! :”D |
![]() |
Satu frame sama Ojisan yang bekerja mengambil sampah untuk menjaga kebersihan Osaka Castle 🙂 |
![]() |
Wefie time!! |
Cuaca di Osaka Castle PANAS sekali. Matahari bersinar terik, langit biru nyaris tanpa awan. Terik matahari kalah dengan suhu udara 16 celcius! Unik rasanya bagi kami yang tak terbiasa menikmati cuaca seperti ini. ^^
Oh ya, jangan kira Osaka Castle hanya satu spot, terus udah. Anda SALAH BESAR! Osaka Castle berupa istana yang terletak di dalam Taman Istana Osaka dengan luas 106,7 hektar! Modyar kan? Hahaha… Kami berkeliling jalan kaki dan ketika sampai depan Osaka Castle energi kami hanya untuk foto-foto saja. Hahahaha
Lagi ngadem duduk di pinggiran, tiba-tiba ada Ojisan (kakek-kakek) yang ngajak kami ngobrol. Mereka mengira kami dari Malaysia (duh). Terus kakek itu tanya berapa umur kami, sudah menikah apa belum, ngapain ke jepang, dll, dll. Ternyata orang Jepang juga bisa kepo. :p
Kakek itu lalu cerita kalau dia berangkat dari rumahnya yang lumayan jauh (saya lupa tepatnya dimana) menggunakan sepeda. Padahal umurnya sudah 85 tahun! Dia juga cerita kalau dia pernah ke Indonesia waktu muda dulu. Satu hal yang paling dia inget dari Indonesia adalah lagu Bengawan Solo!! AMAZING! Saya curiga dulu Ojisan ini tentara di PD II, dilihat dari fisiknya yang masih fit, dan ketenaran lagu Bengawan Solo yang dimulai sejak dikenalkan pada Tentara Jepang tahun 1940-an.
![]() |
Foto sama Ojisan Gaul |
Setelah puas foto-foto, puas keliling foto souvenir (gak beli apa-apa), dan puas nyobain cemilan dengan rasa nggak jelas, kami memutuskan untuk pulang. Sudah sore, masih ada rencana jalan-jalan di malam nanti. Ya, petualangan di Osaka hari pertama masih berlanjut!!
..bersambung ke postingan selanjutnya
================
Japan Stories adalah postingan yang saya buat untuk menceritakan perjalanan dan pengalaman saya traveling ke Jepang selama delapan hari, terhitung dari tanggal 20-28 Mei 2015. Pertanyaan mengenai perjalanan dan itinerary bisa diajukan melalui komen di setiap postingan. Perjalanan bisa dibaca secara utuh disini, Enjoy reading! 🙂
Chapter by Chapter:
- Persiapan Traveling ke Jepang
- Day 1 – Menginap di Bandara Haneda
- Day 2A – Belajar Naik Shinkansen dan Keliling Osaka!
- Day 2B – Romantis di Umeda Sky Building
- Day 3 – 3 Tempat di Osaka yang Bisa Dikunjungi dalam Satu Hari: Museum Takoyaki, Universal Studio, dan Hep Five!
- Day 4 – 4 Jam ke Tottori? It’s All Worth It!!!
- Day 5 – 3 Tempat yang Bisa Dikunjungi di Kyoto dalam 1 Hari
- Day 6 – Puas Keliling Hakone!
- Day 7 – Nostalgia di One Piece Tower, Tokyo
- Day 8 – Serunya Museum Doraemon!
- Japan Stories Vlog
halo mba, hotelnya model gmn ya? sy rencana bawa anak 2 tahun soalnya kesana. untuk liat jadwal shinkansen dimana ya? tks
Hostel ya mba, bukan hotel 🙂
Modelnya bunk-bed gitu mba dan kamar saya di lantai 4, tanpa lift :')
Jadwal shinkansen bisa diminta langsung di stasiun-stasiun besar di Jepang 😉
mbak, kalo di hostel J-hoppers ma Khaosan, toilet ma kamar mandi terpisahkah dari kamar tidur, ya seperti kos-kosan gt deh?
Betul, tapi di beberapa ada juga yang toiletnya di dalam kamar. Tentu harganya beda, hehehe..