Source |
Ada yang hilang dari sorot matanya.
Mata yang biasanya menatapku tajam itu tiba-tiba melunak, hampa tanpa harapan. Menyisakan bertubi-tubi pertanyaan yang sekaligus membuatku lemas. Ia sedang tidak baik-baik saja. Kerutan juga makin jelas terlihat di keningnya yang dulu dipenuhi guratan melengkung karena tawa. Alis matanya menyatu, mendesak seperti pikirannya yang sedang memikirkan sesuatu yang entah apa. Dan jangan kau tanyakan bagaimana ekspresi bibirnya. Ia tak lagi menyimpulkan senyum, menenggelamkan sepasang lesung pipi tidak simetris yang aku suka.
Ada yang lepas dari genggaman tangannya.
Ia tidak sehangat dulu. Genggamannya membuatku hilang diantah-berantah. Jari-jarinya hanya menyapa tanganku lemas, bukan mantap seperti yang biasa ia lakukan dulu. Seakan meninggalkanku untuk berlari sendiri dan menenggelamkanku di lautan pertanyaan. Ada apa dengannya? Membuatku gamang, larut dalam labirin pemikirannya. Tersesat dan terkubur didalamnya hingga waktu yang tidak bisa ditentukan.
Apa ini tentang definisimu terhadap kehilangan?
Meninggalkan dan ditinggalkan seperti berpisah dengan bayangan diri di depan cermin. Tidak akan bisa kecuali kau yang berpaling dan menjauh dari cermin itu. Kau tidak benar-benar ditinggalkan jika yang pergi masih hidup dalam pikiranmu. Jika gelak tawanya masih hadir dalam ingatanmu. Jika bayangan dirinya masih utuh hadir dalam mimpimu, menjelama menjadi senyum-senyum bidadari terindah yang pernah kau lihat.
Dan kau, takkan pernah benar-benar sendiri.