Entah kenapa saya selalu bermusuhan dengan bulan November. Bukan kepada apa yang terjadi didalamnya, tapi pada gejolak batin yang terjadi dalam menanggapinya. Menata hati untuk memulai hal yang baru lagi, memulai dari nol, dan merelakan semuanya untuk hilang dan membaur dalam kehampaan begitu saja. Mungkin bukan hal yang sulit, bagi orang yang melihatnya. Tapi percayalah, untuk menata hati dan memulai dari awal lagi butuh tenaga dan usaha yang luar biasa besar.
Iβm not afraid of change, or once I said so? Batas antara rasionalitas dan opini terpecah dalam tiap kalimat persuasif dari banyak muka. And Iβm too afraid to believe in one of them. Lagi, yang selalu saya suka adalah fakta dan terkadang itu menjerumuskan saya dalam labirin yang lebih rumit lagi.
Lucunya, saya selalu memimpikan diri untuk start over, pulang dan memulai semuanya kembali. Tapi mungkin tidak dalam keadaan gamang seperti ini (memang manusia banyak maunya, huft), dimana banyak hal yang dipertanyakan kebenarannya. Toh pada akhirnya saya hanya bisa mengikuti arus dengan segala ketidakpastiannya.
It was a rainy afternoon, my favourite season with my favourite person next to me driving in a car. Kami menempuh jarak 935 km selama kurang lebih 25 jam. It was a fun ride and also a story to remember. A lot of discussion and singing in the road happened that day. And also, laughing out loud about our silly decision while hoping this is for our better life. Who knows?
Saya tidak benci perubahan, hanya sedikit geram dengan ketidakpastian. Tapi bukankah itu inti dari hidup? Nggak punya tolak ukur. Semuanya serba tidak pasti.
Selama deru mesin melaju, pikiran saya nggak berhenti memproses semua yang terjadi secara cepat ini. Menjadi jobless, kembali ke kampung halaman, menyandang petualangan baru yang belum pasti di usia 29 tahun. Tentu ini sebuah kemewahan yang bisa ditertawakan.
Tentang karir, sebenarnya saya agak ragu untuk bisa kembali ke dunia kerja. Sesuai pengalaman saya, pekerjaan kantoran cenderung memiliki double standard untuk perempuan khususnya untuk kaum ibu. Iβm not trying to making up anything here, semuanya sesuai dengan pengalaman yang saya alami. Dan ketika kembali membayangkan akan mendapatkan perlakuan yang sama, hati ini sedikit meringis. Lebay, kah? I donβt think so. Bukankah setiap pemikiran berhak memiliki keresahannya masing-masing?
Lagian Iβm not so sure if this is only me atau pergaulan saya yang kurang luas. Siapa tahu di sisi lain dunia, perempuan dan ibu tidak dipandang seperti itu. Nah, hey, dengan ini kan saya jadi punya banyak waktu dan tempat untuk mengexplore diri dan membuktikan apa yang terjadi. Amen for that π
Tentang kembali ke kampung halaman, saya sangat senang karena akan lebih dekat dengan sahabat-sahabat saya. Tempat dimana saya bisa berkata apapun tanpa takut dihakimi. Tempat berbagi tanpa saling pamrih. Semoga pandemi ini segera berakhir, ya Tuhan, ingin rasanya kembali nongkrong bareng sahabat seleluasa mungkin!
Tentang menjalani hari-hari di usia 29, sebenarnya agak gamang sih. 10 tahun lalu merupakan fase tersulit dalam hidup saya. Semuanya serba bercabang: hati, hidup, dan keputusan. Dan 10 tahun kemudian saya mengalaminya lagi. Tentu dengan pilihan cabang yang berbeda. Ada apa dengan angka X9?
Saya nggak sendiri tentu, di luar sana jutaan orang lainnya kelahiran 91 mungkin juga merasakan hal yang sama. Jadi rasanya nggak adil aja kalau saya terlalu terbebani dengan menyandang tahun terakhir di usia 20-an ini. TAPI, ya gimana, time flies so fast. Sepertinya masih banyak yang mau dilakukan tapi kok sudah mau 30 aja siiih :β) Beruntung sih saya nggak pernah punya gambaran usia segini mau ngapain dan ngapain aja, karena kalau ada pasti saya akan lebih kecewa dengan diri sendiri. Padahal biasa aja ya, harusnya? Sungguh lelah menjadi jiwa yang memiliki rasa insecure yang tak terbatas seperti ini.
But, yes, semua hal punya waktunya masing-masing. Apa yang orang lain lakukan belum tentu harus saya lakukan juga. Begitu pula dengan apa yang orang lain raih, belum tentu saya harus meraihnya juga. Semua ada waktunya. Yah semoga kegaduhan batin ini hanya bersifat sementara aja hehe.
Jadi apa yang akan saya lakukan? Entahlah.
Yang saya tahu, ini saat yang tepat untuk pergi kemana hati akan membawa saya.
Ikuti saja alirannya, siapa tahu Tuhan sedang menyiapkan petualangan seru di sini.
Ketika saya harus memulai kembali.
Saya benar-benar menikmati cerita mba bela di postingan kali ini. Bener2 perasaan jujur dari dalam hati ya mba. Saya juga sering merasa insecure, merasa bahwa udah umur segini tapi kok hidup gini gini aja yaa, semakin tua semakin cepas akan masa nanti bakalan kayak gimana. Bahkan saat ini saya sering beli buku self improvement untuk belajar sekaligus menghibur diri
Puk puk aku juga generasi 90an yang pernah mengalami life quarter crisis jauhhhhh Sebelum usia 25th,hal tersebut bikin aku kuat sekarang dan aku kini happy dan ketawa2 aja menengok masa lalu, kuat banget ya aku… Semangat ya beb
Saya paling suka dengan quote ‘ikuti saja alirannya, siapa tahu Tuhan sedang menyiapkan petualangan seru di sini. Yups..nikmati saja setiap detiknya..semua akan indah pada waktunya..
I’ve been there, trust me. Dan di usia sama pula, 29 tahun. Jobless, kuliah lanjutan terhalang biaya tapi sudah punya pasangan dan ingin menikah ? nampaknya usia 29 usia rawan ya, rawan masuk kepala 3 . Seperti hendak mengambil jalan awal untuk memulai. Harusnya udah settle sih, tapi gak semua orang begitu. Well, apapun jalan yang ditempuh nanti, nikmati masa masa sekarang. Gak tergesa gesa ambil keputusan. Living the moment
Saya pernah mengalami hal yg mbk diaz khawatirkan. Mungkin krn jalan hidup ini tidak sesuai dg harapan. Belajar menerima keadaan memang susah tapi bisa dilakukan pelan2.
Hal tersebut lumrah sebagai manusia, kadang merasa menyerah dan kadang bangkit.
Tapi bila kita dikelilingi orang yang positif, insya Allah perasaan seperti itu berangsur angsur menghilang.
Kakkk semangat terus yaaa. Jangan sampai patokan orang harus udah punya pencapaian apa di umur sekian malah jadi membebani dan gak bisa menikmati hidup. Yuk kita syukuri aja hari ini bisa terlewati dengan baik, dan lakukan apa yang kita suka. Kita punya waktunya masing-masing. Apalagi pandemi ini bikin semua serba gamang, gak jelas, banyak rencana yang gagal, banyak keputusasaan. Kita cuma bisa yakin aja kalau kita pasti akan punya waktu untuk kita sendiri puas dengan semua pencapaian ?
Bener banget! Entah di setiap usia selalu ada kegundahan yang berbeda ya kak.
setiap usia jadi perjalanan hidup untuk terus belajar ya kak
semangat memulai kembali
November aku malah hepi mbak bulan kelahiran aku heheheh. Apapun yang terjadi nanti, semangat selalu ya Mba Diaz.
karena kita semua bakal melawati semua fase itu, jadi tetap semangat kak. semoga apa pun kesulitan yang dihadapi, gak bikin lelah sama diri sendiri :’)
btw aku geng sagitarius, jadi suka november, nih. hahaha.
Seumuran adikku mbak. Apa memang bgtu ya, karena angka sembilan itu istimewa. ?
Yups, posting, positif thinking itu akan jadi imun sekaligus memnguatkan diri menghadapi masa depan yg belum pasti ya
Makasih banyak mbak udah sharing tentang isi hatinya, peluk jauh dan selalu kuat dengan apapun yang dilalui ya.
Yup namanya juga hidup pasti ada pasang surutnya. Rasa insecure kayaknya kita semua pernah nengalami. Dukungan orang sekitar penting buat mengembalikan rasa percsya diri
ternyata beda usia kita cukup jauh ya hehehe, jadi inget pas usia 29 tahun itu aku baru merasakan jadi ibu selama 23 tahun, menikah, belum galau dengan keinginan mau di rumah aja tapi butuh pekerjaan buat bantu suami, wah kacau deh. Tapi selalu ada semangat yang luarbiasa setiap dipaksa untuk memulai kembali oleh keadaan
Bener-bener menikmati postingan blognya mba, pernah banget ngalami seperti ini di usia beranjak ke 25 tahun, sekarang klo diingat ya lucu ya gimana gitu, semoga segera menemukan jalan biar gak gaduh lagi ya mba, semangat!!
Tulisannya asik banget buat di baca. Aku kaya di ajak bertualangan ke umur aku yang 20 tahun itu. Sebntr lagi pun aku mau menginjak kepala tiga. Yuk bareng bareng maju kedepan melihat kejutan apa yang akan kita terime. Hehe
Woow, curhatan yang membuat ingatan saya ke masa lalu juga nih. Tenang Mba, ngga lebay koq semua kita mengalami dan berproses. Semangat ya.
Semangat! Ikuti kemana hati membawa. Alhamdulillah sekarang bisa berada di kampung halaman bersama keluarga tercinta. Semoga masih tetap bisa berkarya dan mengaktualisasikan diri. Semoga pandemi ini cepat usai biar kita bisa ketemuan π
Hal yang kayaknya pasti pernah dirasakan semua org angkatan 90an, semoga proses tersebut bikin kita makin kuat dan tangguh dalam menjalani hari2
Menata hati memang bukan hal yang mudah perlu kesiapan lahir dan batin, ya.
Menata hati memang bukan hal yang mudah ya, diperlukan kesiapan mental yang ok.
Sebagai generasi yang penah alami keadaan ini, bikin saya flashback jadinya. BUt alhamdulillah sekarang udah bisa lewati dan bisa bahagia mengenang masa lalu, hehe.
Banyak yg bilang 30 is the new 17. Aku pun juga di akhir 20n, tahun depan 30, dan a little bit excited menunggu apa yg akan aku hadapi di usia 30 nanti. Stay strong mbak, you can do it! ??
Semenjak sepi job jujur aku sempat stress, bingung mau coba apa, mulai dari mana, apalagi penyakit sempat kambuh, muncul rasa kalau aku ga berguna.. semoga yg lagi mengalami life crisis lekas bangkit semangat lagi, aamiin!
Aku pernah benci sama hari selasa mbak. Ada satu hal yang bikin aku gak mau ketemu hari itu.
Sampai berbulan-bulan dan rasanya gak nyaman banget setiap hari selasa tiba.
Lantas aku mikir, ini hari gak bisa dihilangin. Jadi jalan satuΒ² nya ya harus berdamai.
Dan sejak saat itu, apapun yang aku gak suka atau benci, sebisa mungkin aku hindari. Kalau gak bisa, ya terpaksa berdamai dengan hal itu
Tidak ada mba ketika harus memulai kembali, mungkin kita merasa harus mundur sedikit, tapi justru terkadang momen itulah yang membawa kita melesat maju ke depan lebih cepat dari sebelumnya
Setiap usia pasti ada pelajaran yg didapat ya π semoga kita semakin bisa menikmati hihi.. jd kangen ih nulis dari hati gini di blog π makasih mbak menginspirasi buat nulis kejujuran hati hehe
Aku benerbener ikut masuk kedalam cerita kamu, karena jujur diri sendiri ngerasain hal yang sama. Tapi lambat laun berfikir kalo ga selamanya kita kaya gini, semua sudah di atur jadi berpasangka baiklah dan terus usaha jadi lebih baik