Source |
Lagi, pagi ini puluhan burung-burung kecil riuh berkicauan diatas genting kostan. Suaranya yang merdu berhasil membangunkan saya yang semalam tertidur karena kelelahan. Percayalah, semerdu apapun suara yang membangunkanmu di pagi hari, tetap saja itu pagi hari. Kasur adalah tempat yang terbaik, membuka mata adalah usaha yang paling sulit.
Tertular virus teknologi masa kini, diiringi kicauan burung-burung, saya menyempatkan diri merogoh sisi kasur mencari smartphone untuk memeriksa kicauan di dunia maya. Miris bukan, ketika mengetahui bahwa hal yang pertama kali kau cari ketika bangun tidur adalah smartphone-mu, bukan segelas air putih ataupun pekerjaan tak kunjung selesai yang kau tinggal tidur semalam.
Kicauannya kosong, tanpa kamu.
Lama, pikirian ini kemudian melantun. Ditatih kekosongan yang menumpuk selama hampir lima bulan, mata saya menetap kosong ke langit-langi kamar. Sedang apa kamu disana? Sekelibat memori lalu datang seperti kilatan petir yang pernah kamu lihat: cepat dan tak terlupakan. Seperti itulah kita: terlalu cepat. Apakah kita akan berlari dengan langkah yang sama? Apakah kita akan bernyanyi dengan rima yang senada? Apakah kita mampu mengucap janji untuk selamanya?
bener-bener keren artikelnya, lanjutkan… 🙂