Menyusui adalah masa-masa paling challenging dan menyenangkan buat saya. Terlepas dari drama dan tantangan yang saya hadapi, overall saya enjoy banget melakukan kegiatan ini. Lebih enjoy juga daripada mual saat hamil pokoknya hehe.. Makanya merasa amazing banget sama diri sendiri karena mampu menyusui Baby D selama 2 tahun dan terlepas dari drama menyapih. :’) Semuanya pelan-pelan saya terapkan dari konsep Weaning With Love (WWL) atau menyapih dengan cinta.
Apa sih WWL itu? Weaning With Love (WWL) atau menyapih dengan cinta adalah kegiatan menghentikan anak untuk menyusui yang dilakukan secara berkesadaran, perlahan, dan bertahap, sehingga anak dan ibu sama-sama merasa siap untuk mengakhiri masa menyusui (motherbaby.co.id).
Yang perlu digaris bawahi di WWL ini adalah kedua belah pihak, ibu dan anak, harus sama-sama sadar kalau kegiatan menyusui ini harus berhenti dan tanpa paksaan, ya. Gimana caranya? Nah berikut saya bagikan pengalaman saya WWL alias menyapih dengan cinta versi saya.
Oh ya mau disclaimer dulu ya kalau: tulisan ini murni pengalaman pribadi. Pengalaman saya menyapih mungkin akan berbeda dengan ibu lain karena beberapa faktor yang mempengaruhi.
Tanpa lama-lama lagi, begini pengalaman dan hal yang saya terapkan dalam melakukan Weaning With Love alias Menyapih Dengan Cinta:
1. Sounding
Sedari Baby D lahir, saya senang sekali mengajaknya bicara. Apapun saya bicarakan, literally apapun. Mulai dari sapaan ketika bangun tidur, bermain, merangkak, nonton tv, pelukan, bahkan di kamar mandi pun selalu saya ajak ngobrol.
Termasuk juga ketika sedang nenen atau menyusui. Saya biasanya sambil sedikit bercerita dan sounding ke Baby D kalau dia hanya boleh nenen sampai usia 2 tahun saja, selebihnya harus lebih banyak makan.
Ya, jadi DARI DIA LAHIR, saya sudah cerita kurang lebih seperti ini: “Halo io.. io lagi nenen ya.. io tahu nggak sih kalau nenen itu cuma boleh sampai usia 2 tahun. Setelah itu io tidak nenen, makan aja ya yang banyak..”
Gitu terus sih walau nggak tiap hari. Ini ngefek banget di saya karena ketika menjelang 2 tahun, dia suka bergumam sendiri kalau nenen hanya boleh sampai usia 2 tahun.
Jadi ketika lagi main atau selesai nenen dan saya tanya, “io nenennya sampai kapan?” dia selalu jawab, “2 tahun”.
Di lain kesempatan ketika mendekati hari ulang tahunnya, kalimat afirmasi ini saya ganti menjadi, “Eh io bulan depan ulang tahun yang ke dua ya. Nanti beli kue ulang tahun ya.. kalau sudah tiup lilin, sudah tidak boleh nenen ya..”
And it works. Baby D berhenti nenen di usia 2 tahun kurang 1 minggu (sepakat kita bulatkan jadi 2 tahun saja ya).
Baca juga: Menyusui dengan Keras Kepala
2. Beri Jeda Menyusui
Jika dalam sehari menyusui anak bisa 4-6 kali sehari, berikan jeda menyusui ketika ingin mulai menyapih.
Dalam tahap ini saya sangat banyak dibantu oleh daycare. Ya, jadi ketika Baby D berusia 1 tahun, saya kembali bekerja dan Baby D saya titipkan di daycare. Jadi tiap hari saya bisa stok 2-4 kantong asi untuk diminum dari jam 8 pagi – 4 sore.
Saya tidak anti susu tambahan (bukan pengganti, ya), jadi tetap saya bekalkan juga susu UHT.
Jadi kurang lebih jadwal persusuan saya tiap hari seperti ini:
- Jam 5 atau 6 pagi menyusui baby D secara langsung (Direct Breast Feeding (DBF))
- Jam 7.30 berangkat ke daycare
- Di kantor pumping 2-3x
- Jemput Baby D jam 4 sore, sampai rumah langsung menyusui (DBF)
- Setelah makan malam, menyusui lagi (DBF) sampai tidur
- Tengah malam pumping
Nah intensitas DBF ini yang mulai saya kurangi secara perlahan. Pertama, DBF di pagi hari saya ganti dengan sarapan atau snack. Lalu, DBF di sore hari saya ganti dengan jalan-jalan sore atau snack time. Dan terakhir, DBF setelah makan malam perlahan dihilangkan.
Part DBF setelah makan malam paling sulit, sih. Karena dari Baby D lahir, saya selalu membiasakan DBF sambil tiduran. Jadi jarang banget saya nyusuin Baby D sambil duduk dipangku gitu. Karena…. pegel, bund :’)
Sempat pesimis juga karena gimana caranya menyapih anak yang biasanya tidur sambil nenen?? Mana bisa??? Tapi kok ternyata bisa.. :’)
3. Tidak Berbohong
Penolakan dari keinginan Baby D nenen adalah: nangis meraung-raung. Menurut saya itu wajar, sih, sebagai pelampiasan kekesalannya. Orang dewasa aja kesal kan kalau kebiasaannya dihentikan?
Tapi di pengalaman saya menyapih ini, part menangis meraung-raung hanya terjadi 2 (dua) malam saja.
Ketika menangis, biasanya saya langsung peluk sambil validasi perasaannya. Lalu, kembali ingatkan dengan kesepakatan awal kalau nenennya hanya sampai usia 2 tahun saja.
Di pengalaman saya, Baby D setelah divalidasi perasaannya seperti itu bisa mengerti dan ketika sudah tenang dan ingin nenen, ia sendiri yang menjawab “ee.. sudah 2 tahun”. Lalu ia berhenti nenen begitu saja. Makanya seperti yang sudah saya tulis diatas, berhenti bahkan sebelum ia tiup lilin.
Ketika Baby D merengek ingin nenen, selalu saya jawab “Kan mau tiup lilin…” atau “Kan mau 2 tahun..”
Saya tidak pernah berbohong seperti mengatakan nenen saya sakit, rasanya pahit, atau mengoles sesuatu di puting karena… saya takut. Saya takut Baby D trauma.
Beberapa kerabat kadang kan ada ya yang iseng bilang “ihh nggak boleh nenen, nanti pait nenennya,” atau “itu nenennya warna merah lho”.
Biasanya saya langsung ajak ngomong Baby D dan ngejelasin, “Nggak kok, nen ibu nggak sakit,” atau, “Nggak kok warnanya nggak berubah, tapi kan io memang sudah nggak boleh nenen lagi karena mau tiup lilin”.
Gitu sih intinya nggak bohong, hehe.
Baca juga: Kenapa Berhenti Pumping?
4. Ekstra Sabar
Waah ini part yang paling sulit dilakukan nih, wkwk. Tapi bener deh harus sabar ketika mau menyapih dengan cinta. Ketika anak sedang asik main lalu nyamperin dan tepuk-tepuk payudara, sabar. Ketika anak merengek minta nen apalagi pas tengah malam, duhh Gusti paringno sabar :’)
Saya pernah baca dimana ya kalau menepuk-nepuk payudara atau ingin selalu di dekapan dada ibu seusai masa menyapih adalah hal yang wajar. Itu bagian dari insting anak yang tahu dimana tempat yang menurutnya paling nyaman.
Lalu untuk merengek tengah malam minta nen, kadang saya siasati dengan tidur di kamar lain. Dari awal tidur malam, Baby D tidur sama ayahnya. Jadi ketika ia merengek tengah malam minta nen (Baby D ya, bukan ayahnya :p), ayahnya akan bilang kalau ibu nggak ada di kamar. Hehe.. nggak bohong, kan, saya emang nggak ada di kamar itu :p Biasanya ini saya lakukan kalau sudah terlalu capek sama drama kantor, jadi nggak setiap hari, ya.
Hmm apalagi ya.. Kayaknya udah sih itu aja pengalaman saya menyapih dengan cinta (WWL), dirangkum secara keseluruhan di 4 poin di atas. Tentu semuanya dilakukan secara bertahap, konsisten, dan sabar, ya. Hasilnya nggak bakalan bisa instan jadi lebih baik sih dimulai sedikit-dikit dulu.
Baca juga: Manfaat Sensory Play
Oh ya, saya juga meng-highlight beberapa hal yang bisa menunjang kelancaran menyapih dengan cinta ini:
- Kerjasama dengan partner
Saya nggak ngebayangin sih melalui fase menyapih ini tanpa dukungan dan bantuan suami. Pasti akan lebih capek. - Tetap jaga kesehatan
Beberapa ibu mengalami nyeri pada payudara ketika mulai menyapih anaknya. Mungkin bisa diatasi dengan memompa asi ketika terasa sangat sesak dan tidak kuat lagi, atau berikan kenyamanan pada payudara seperti dikompres. - It takes time
Sabar saja, setiap ibu memiliki fase dan durasi berbeda dalam menyapih. Ada yang baru disapih ketika anak usia 2, 3 atau bahkan lebih dulu dari kedua usia tersebut. - Harus tega
Ketika anak menangis dan merasa sangat sedih karena tidak diperbolehkan nenen lagi, disitu hati orang tua diuji. Tetap konsisten ya moms, pasti bisa!
Well, seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, proses menyapih setiap orang bisa berbeda-beda, baik cara, durasi, dan drama yang menyertainya. Tulisan ini hanya merangkum pengalaman pribadi dan apa yang saya lakukan dalam menerapkan menyapih dengan cinta. Lalu, kalau kalian gimana, apakah ada pengalaman yang nggak terlupakan ketika menyapih anak? Cerita di kolom komentar, yuk!
wahhh kalau menyusui (belum dalam masa menyapih) itu emang harus dijeda kah mba? karena kan bayi pasti sering nangis terus minta menyusu yaa? awam banget nih karena emang belum nikah hahaha
Iya mba, kalau aku sih pas newborn jor-joran aja selaparnya bayi. Tapi mulai dijadwal setelah dia masuk fase MPASI 🙂
Ga tau kenapa, paling seneng kalau baca/dengar cerita para ibu2 yang sharing tentang pengalamannya seperti ini. Banyak cerita dan tips2 menarik, semoga suatu saat nanti saya juga bisa menerapkannya.
Amin… Terima kasih mba 🙂
Dek Io sudah besar sudah nggak nenen yaa.. Ya ampun sudah disounding semenjak kecil ya bahwa nenen hanya sampai usia 2 tahun, dan dia paham. Berarti anak benar-benar paham dan menyerap semua yang kita bicarakan ya :’)
Iya onti.. kapan ya kita bisa playdate 🙁
Alhamdulillah… Sukses ya menyapih dengan cintanya… Sayap udah 2 tahun menyapih, tapi masih suka kangen masa-masa menyusui…
Alhamdulillah… Sukses ya menyapih dengan cintanya… Saya udah 2 tahun menyapih, tapi masih suka kangen masa-masa menyusui, hehehe…
Iya mba.. kadang-kadang kangen ya.. Sungguh sebuah bonding yang nggak bisa tergantikan dengan apapun :’)
Loh, aku baru juga nih nulis soal WWL di blog. Rasanya menyenangkan ya mba bisa menjalankan weaning tanpa harus bohong dan meninggalkan trauma.
Hehehe kenapa bisa samaan gini ya mba 😀
Salut sama caranya Mba Diaz berkomunikasi. Mungkin ini yang jadi salah satu kunci kesuksesan menyapih anak. Makasih sharingnya bisa menambah ilmu buat saya :))
Alhamdulillah, terima kasih ya mba, semoga membantu..
kurang lebih sama juga nih sama aku. kalau aku memang lebih banyak di sounding aja, sama kasih alternatif lain, dan membiasakan anak untuk selalu kenyang, jadi gak ngerengek minta ASI. dan memang harus lebih sabar ya untuk beberapa minggu pertama aja. selebihnya bersyukur karena ternyata nggak sesulit yang dibayangin buat menyapih anak.
Betul sekali mba.. apalagi part membuat anak kenyang nya.. harus extra sabar 🙂
mendampingi anak menyapih memang harus lebih sabar ya untuk beberapa minggu pertama aja. selebihnya bersyukur karena ternyata nggak sesulit yang dibayangin buat menyapih anak.
kalau aku dulu pertama kali nyapih waktu deket-deket anak kedua lahiran. sejujurnya gak tega. tapi mau gimana lagi kan haha alhamdulillah semua udah terlewati sekarang.
Appreciate nih buat ibu bekerja di ranah publik tapi masih mau memberi yang terbaik buat si kecil, yaitu ASI. Aku jadi ingat juga momen itu (ketika masih menyusui), serasa bonding semakin kuat dengan si kecil.
Setuju banget. Waktu aku anak pertama ke anak kedua aja beda banget. Treatment tiap anak pun berbeda. Kita orangtua harus bisa menyesuaikan.
Wah aku sounding usia 2 tahun ga mimik asi lagi ganti uht. Pantesan skrg dia banyak nyusu uht terutama kalo malam. Mau tambahin sounding kalo pagi pe sore banyak makan bukan susu uht doang. Haha. Pengalamanku menyapih anak pertama drama banget krn LDR sama suami, trs full 24 jam sm anak, jd susah banget terus terang. Beda dg anak kedua malah dia menyapih dirinya sdri krn aku lanjut s2, jd dia biasa minum asip kalo aku lg kuliah dan dbf ketika aku di rumah. Ga pake acara menyapih, eh dia udh menyapih dirinya sendiri. Jauh lbh mudah mgkn krn aq… Read more »
Ternyata ada cara cara dan trik trik sebelum memyapih dilakukan ya kak. Baru tau deh ternyata susah juga menyapih anak
Masya Allah jadi ikutan keinget masa menyapih, hehe.. meamng bener harus ekstra sabar dan kerjasama sama pasangan ya 🙂 luar biasa prosesnya tapi kalau berhasil rasanya lega banget hehe
Jadi ingat masa-masa menyapih juga nih sayanya, dan memang benar tuh, tips-tipsnya itu, nggak boleh bohong, jujur aja, meski anak awalnya ogah, tapi dengan sounding lama-lama dia bisa paham juga.
Kalau saya dulunya bisa berhasil menyapih di usia anak nyaris 3 tahun hahaha, dan thanks to Ramadan, karena berkat puasa, si adik jadi mau ngerti maminya, kalau menyusui sambil puasa itu berat buat maminya hihihi
Selain sounding jauh2 hari, anakku tak biasain minum susu UHT juga. Maksudnya biar ada gantinya gitu. Kmrn yg anak kedua hampir putus asa buat nyapihnya, karena udah mau 2,5 tahun. Sampai hampir mau tak kasih brotowali. Alhamdulillanya ga jadi di kasih brotowali sih hehe…
Bismillah
Saya juga akan coba ini Oktober nanti
Semoga tidak ada drama yang berarti
Dan Shanum bisa memahami
Yang poin 3 >,< Kadang kita udah pelan-pelan ngasih tau anak dengan penjelasan yang benar, eh lingkungan sekitar seenaknya bilang yang bohong-bohong gitu ke anak ya. Ngeselin emang.
Poin ke empat benar banget, harus super duper sabar karena anak sudah kadung nyaman “nenen” dari dia lahir sampai umur dua tahun jadi untuk lepas nggak bisa mendadak dan pasti ada rewel-rewelnya.
Boleh juga nih tipsnya. Tertarik juga poin pertama. Ternyata it works ya kak ngajak ngobrol sendiri ke anak meski mereka ga paham bahasa kita. Tapi kalo sering dilatih, ternyata emg bisa ngaruh ke kondisi anak sih.
Emang susah2 gampang nih buat menyapih si kecil. Anakku sudah 2,5 tahun baru bisa disapih. Itu aja nangisnya hampir tiap hari. Alternatifnya ya disediain susu tambahan biar ga ngomel lagi. Haha..
Nah ini nih mbaa harus teganya itu aku blm bisaa. Hikss.
Selalu aku yg kalah sama anak kalo soal tegangga tega ginkk :((
sama niih Mbak, saya pun masih ngASI si Kecil padahal udah 2y4m dan udah lama disounding pun.. mulai berkurang sih frekuensi nennya, kalau mau tidur malam juga udah sering tidur tanpa nenen dulu, eehh tapi kalau malam kebangun dan nunjuk nen, luluh lagi mamake dan ngasih, gak tega lihat bocah gak bisa tidur 😐
Nah ini nih mbaa harus teganya itu aku blm bisaa. Hikss.
Selalu aku yg kalah sama anak kalo soal tega ngga tega ginii :((
hua terharu.. aku pun kemarin menyapih anak keduaku juga berusaha pakai metode ini, mba. rasanya malah aku yang nggak mau berhenti nenenin si bayi.. huhu
hua terharu.. aku pun kemarin menyapih anak keduaku juga berusaha pakai metode ini, mba. rasanya malah aku yang nggak mau berhenti nenenin si bayi.. huhu jadi makin mellow. syukurlah sekarng dah berhasil
Menyapih itu kadang bisa sebentar bisa lama juga prosesnya, beda di tiap anak. Ketiga anakku pun penuh drama pas nyapihnya tapi Alhamdulillah sudah dilalui
Informatif bgt nih, paling seru kalo baca pengalaman tiap ibu wwl ke anak nya pasti ada seru, haru dan bersykur ya mba kalo anak kita akhirnya lulus wwl..
saya punya 3 anak. Entah mengapa ketiga-tiganya tak pernah ada drama saat berhenti menyusu ASI. yang pertama, paham begitu saja ketika dia nggak boleh lagi menyusu karena usianya sudah lebih dari 2 tahun. Yang kedua jga sama. tapi tetap senang baca pengalaman ibu-ibu yang menyapih anak-anaknya.
Setuju banget deh kalau menyapih itu memang harus dengan cinta, dan jangan pantang menyerah. Karena anak akan merasakan sendiri apa yang kita sampaikan melalui perasaannya dan cara kita.
masa-masa ngASI emang penuh warna yaaa Mbak, apalagi soal pumping, saya juga pernah pumping perjalanan pulang gegara di kantor gak sempat pumping karena sibuk ini itu.
saat menyapih pun juga penuh warna yaaa, kalau anak pertama dan kedua waktu itu Alhamdulillah WWL nya no drama, no oles-oles tapi karena emang harus berhenti karena ada bayik dalam perut, ini yang ketiga udah 2+ doong tapi masih belum bisa pisah dari nenen, padahal udah disounding dari kapan waktu. Ini masih terus berjuang nih, heheh.
kereen Baby D, bisa menyapih pas 2 tahun ya 🙂
Jadi teringat saat menyapih. Susah banget. Anak-anakku hampir umur 3 tahun baru berhenti ASI. Semangat buat mama-mama yang sedang menyapih.
alhamdulillah ya mbak bisa berhasil menyapih dengan cinta. Saya pun pengalaman menyapih dengan cinta tuh sungguh berkesan, karena dua anak beda perlakuan, proses, dan hasilnya. hehehe. Seandainya semua Bunda bisa mencoba langkah-langkah dari mbak diaaz ini. etapi gak semua anak sama dan manjur diterapkan metode ini sih ya
Btw thanks ya mba udah sharing, kalau boleh tahu si adek juga pake dot kah mba? aku lagi mau belajar nyapih juga nih mba, kebetulan anakku masih usia 17 bulan, cuman gk ngedot juga. jadi kudu mempersiapkan diri buat menyapih juga.
Oh ternyata dalam menyapih ada tekniknya juga ya bun, dan buat bikin si dedek berhenti menyusui di usia 2 tahun juga ada caranya. Aku belum punya anak sih tapi bisa dicoba nih caranya
Setelah baca ini saya jadi makin kagum dengan wanita dan berusaha untuk mengerti, meskipun saat ini belum punya pasangan halal. Setidaknya baca ini menambah wawasan agar lebih care dan pengertian terhadap pasangan. Karena beliau nanti adalah patner sehidup sesurga.
Terima kasih kak sudah menulis dengan hati :))
Tips yg sounding menarik banget mba, bisa dipraktekkan kalau nanti aku berkeluarga dan punya anak. Masih awam soalnya hehe
Fase hamil dan melahirkan belum kualamai menyusui juga belum tapi alhamdulillah dengan postingan mba Diaz aku belajar banyak ini soal menyapih. Perjuangan banget seorang ibu ya Mba.
Yeeaaay, selamat ya Mom
Masa2 menguras sabar dan melow dah terlewati
Net, TT ngajarin baca tulis bersepeda dan banyak lagi
Wah pelajaran bagus nih buatku. Udah harus siap2 dari skrg ya WWL ini supaya si anak siap. Setuju mba, anak gak bole diboongin ya mending dijelasin klo wkt menyusunya sdh selesai.
Alhamdulillah sukses ya menyusui dan menyapih dg cinta.
Aku juga pengen bisa WWL tapi sulit banget, hehe. Anak udah 2,5 tahun belum berhasil disapih juga, padahal udah sounding terus.
Akhirnya terpaksa bilang sakit, tapi ya gak bohong amat sih, karena emang sakit kena giginya 😀
Inget banget dulu wakti ibuku mau menyapih adekku yang bungsu.
Aku sampe ingutan begadang karena doi rewel. Malem² terpaksa keluar rumah buat beli cemilan. Untung tetangga berbaik hati bukain warungnya ?