Pernah mikir hal yang sama nggak sih? Siapa kita tanpa atribut pekerjaan yang kita gunakan sekarang? Untuk pekerja kantoran seperti saya, status kerjaan di kantor otomatis menjadi jati diri. Di suatu hari yang selo, saya pernah mikir: siapa saya tanpa atribut kerjaan yang sekarang saya punya?
Whether you like it or not, that’s the fact. We spend our time mostly at the office, working our ass off for something we paid for. Teman-teman saya juga kalau lagi kumpul pasti bilangnya Diaz yang kerja di XX. Selalu nggak lepas dari embel-embel pekerjaan. Gitu.Sebenarnya nggak sebel juga sih karena saya suka dengan apa yang saya lakukan sekarang. Tapi rasanya hidup terlalu singkat untuk dicap sebagai pribadi yang digantungkan dari profesi tempat bekerja.
Do you believe that we were born to explore our selves? Saya percaya. Tiap individu bisa mengeksplor kemampuannya sejauh batas mereka berusaha. Dan seperti kata filsuf Yunani, Aristoteles, knowing yourself is the beginning of all your wisdom.
Baca juga: Is It Important To Set Goals?
Jadi mulailah saya banyak bertanya pada diri sendiri di tiap-tiap hal yang saya lakukan. Apa saya bisa melakukan hal lain diluar ini? Bagaimana akibatnya jika saya mengambil keputusan lain? Bagaimana saya bisa memiliki kemampuan seperti mereka?
Dan jujur, banyak kebimbangan yang datang dari bagaimana pendapat orang lain tentang hal yang saya lakukan. Tapi perlahan saya coba kubur dalam-dalam pemikiran itu. Worries get you nowhere.
Lalu sampailah suatu hari saya menemukan hal baru yang saya ingin lakukan. Beragam cara dan lapisan pertanyaan saya jawab sebelum akhirnya saya mengambil tekad bulat: beranjak dari zona nyaman.
Bukan keputusan yang mudah, tapi harus diambil untuk membuktikan pada diri sendiri bahwa saya bisa.
Baca Juga: Kerja di Televisi? Bagaimana?
Kadang, dan bahkan hingga kini, perasaan saya masih berkecamuk dalam pertanyaan: siapa saya jika saya mengambil langkah ini? Siapa saya tanpa pekerjaan yang saya punya sekarang? Tapi tekad sudah bulat. Untuk mengeksplor diri, kemapuan, dan sejauh mana saya bisa menyerap ilmu baru.
4 tahun bukan waktu yang singkat, pun untuk sebuah perjalanan yang turut membentuk pribadi dan pola pikir saya. Kesempatan, pengalaman, cerita, teman, semua saya dapatkan disini. Kan, baru flash back udah sedih lagi. Hehehe.. :’)
When it all begins :D, 2013 |
Day 0, after wamil, 2013 |
Day 1, after news gathering, 2013 |
My very first camera training, 2013 |
The first generation of CJ :’), 2013 |
The BEST team!, 2014 |
My first DLK, 2014 |
Ngepel lantai pakai pup kerbau wayyyy before gitsav! wkwkwk, 2014 |
My first snorkeling in Gili Trawangan, 2014 |
My first (and last) Hut NET, 2014 |
Best experience in Muslim Travelers Japan, 2017 |
Nostalgia banget ketika nemu file-file lama. Kapan lagi punya kesempatan seperti ini? Apa bisa ketemu teman-teman seasik sekarang? Pertanyaan-pertanyaan wajar yang kalau dipikirin terus bikin nggak move on :’)
Maka di persimpangan jalan ini saya melepas diri untuk belok ke arah yang baru. Menanti petualangan yang akan datang, dan membiarkan hidup mengalir dengan caranya sendiri untuk menggiring menuju sebuah jawaban.
Mungkin keputusan ini merupakan jawaban yang akan menuntun pada jalan dan pertanyaan baru. Semoga kelak kita berjumpa lagi dalam persimpangan-persimpangan hidup yang menyenangkan!