rating: 5/5
Mari salahkan buku Karena Kita Tidak Kenal (Farida Susanty) yang membuat saya kecanduan dan jatuh cinta pada buku kumpulan cerpen. Dari Datuk ke Sakura Emas merupakan buku kumpulan cerpen dimana di dalamnya terdapat 14 cerpen dari 14 penulis. Berikut adalah daftar cerpen dalam buku ini:
Datuk (A. Fuadi)
Sebuah Keputusan (Alberthine Endah)
Ke Sebrang Dermaga (Andrei Aksana)
Emak Ingin Naik Haji (Asma Nadia)
Pagi di Taman (Avianti Armand)
Misalkan Ini Adalah Dongeng (Clara Ng)
Mencari Herman (Dewi Lestari)
Ingatan (Dewi Ria Utari)
Kamis Ke-200 (Happy Salma)
Sambal Dadak (Icha Rahmawati)
Pagar Soka (Indra Herlambang)
Di Tempatmu Berbaring Sekarang (M.Aan Mansyur)
Perempuan yang Berumah di Rumpun Bambu (Putu Fajar Arcana)
Sakura Emas (Sitta Karina)
Yep, buku ini ditulis oleh para penulis yang memiliki latar belakang yang berbeda. Beberapa diantaranya sudah saya kenal tulisannya, beberapa lagi belum. Beberapa penulis sudah tidak diragukan lagi kualitasnya karena namanya yang sudah tersohor, beberapa lagi membuat saya terheran-heran dan takjub: “ternyata orang ini bisa nulis juga ya…”
Tidak ada tema yang seragam bagi cerpen dalam buku ini, walaupun kebanyakan mengusung tema cinta sesama jenis dan misteri, namun dengan membaca cerpen-cerpen ini pembaca seolah-olah dibuat dapat lebih peka dengan keadaan sekitar. Contohnya dalam cerpen Di Tempatmu Berbaring Sekarang (M. Aan Mansyur) yang menjadikan sebuah pohon sebagai sudut pandang pertama dalam kisahnya. Cerita yang paling saya suka disini (tentunya) adalah karya Dee alias Dewi Lestari. Tpai karena cerpen Mencari Herman sudah pernah di publikasikan dalam buku Filosofi Kopi, jadi saya akan sedikit menggeser Dee dari top three cerpen yang paling saya sukai :p.
Posisi pertama adalah Pagar Soka (Indra Herlambang) yang dengan takjubnya menyihir saya ketakutan di tengah malam ketika sedang membaca cerpennya. Nggak nyangka ternyata Indra Herlambang bisa nulis dan.. bagus! 😀 Posisi kedua adalah cerpen Sebuah Keputusan (Alberthine Endah) yang membuka cerita tentang perdebatan mie instan dan menutup konflik cerita dengan cinta sesama jenis. Cerpen ketiga adalah Di Tempatmu Berbaring Sekarang (M.Aan Mansyur) dimana sebuah pohon dapat bernapas dan menangis ketika mengungkapkan cerita tentang tiga manusia yang dimabuk cinta. Kalau kalian, apa cerpen favorit kalian? 😀
Dari Datuk ke Sakura Emas merupakan proyek charity para penulis yang seluruh royalti dari bukunya akan disumbangkan oleh para penulis kepada Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin. Saya sendiri pernah membaca tetang Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin yang minim perhatian dari pemerintah. Padahal, di dalamnya terdapat karya-karya sastrawan Indonesia yang tentunya bersejarah.
Maka dari itu, yuk ikut berpartisipasi membantu dengan membeli buku ini sebagai tambahan koleksi buku-buku kalian. 🙂